Masa Kecil Eyang Hasan Maolani
29 April 2016
Tulis Komentar
Artikel diperbarui April 2020
Eyang Hasan lahir dalam situasi dan kondisi yang serba kesulitan dan penuh kepahitan, karena Bangsa Indonesia pada masa itu berada dalam cengkraman pemerintah kolonial Belanda. Karenanya, sebagaimana umumnya kehidupan masyarakat pada saat itu, masa kecil Eyang Hasan penuh dengan keprihatinan dan kesederhanaan, bahkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya beliau sempat menggembalakan kambing orang lain. Walau demikian, sejak kecil Eyang Hasan sudah menunjukan tanda-tanda akan menjadi orang besar. Sifat dan budi pekertinya tidak seperti pada umumnya anak seusianya. Perangainya halus, hatinya lembut, rendah hati dan tidak angkuh. Selain itu, Hasan Maolani kecil memiliki jiwa solidaritas yang tinggi dan sangat peduli terhadap teman sejawatnya. Kelembutan hati Hasan Maolani tidak hanya di tunjukan kepada sesama manusia, bahkan kepada binatang sekalipun. Konon, apabila ia sedang berjalan kemudian melihat binatang sedang makan, ia enggan lewat di depannya, khawatir nanti akan mengganggu kenikmatan makan binatang tersebut, bila ada semut, ia suka berjalan meminggir, karena takut kalau ia mengingjaknya. Ketika mengembala Hasan Maolani senantiasa menyabitkan rumput untuk makan domba-domba gembalanya, tidak di biarkannya domba-domba tersebut mencari makan sendiri. Selama hidupnya Hasan Maolani tidak pernah memukul binatang gembalaannya, karena menurutnya binatang pun mempunyai perasaan yang sama seperti halnya manusia. (A. Tisnawerdaya, 1975 : 37). Subhanallah, demikian luhur budi pekerti beliau.
Baca Juga :
1. Otobiografi Eyang Hasan Maolani Dari Lengkong Ke Menado
2. Kelahiran dan Nasab Eyang Hasan Maolani
3. Masa Kecil Eyang Hasan Maolani
Sejak kecil Eyang Hasan juga dikenal rajin tatapa (mengucilkan diri) dan mentafakuri segala apa yang di lihatnya. Terkadang ketika ia sedang menyendiri sambil bertafakur tidak terasa lidahnya melafalkan kalimah thayyibah "lailaha illa allah, muhammadun rosulullah". (Ibid., hal 34) Selain itu, ia juga rajin tirakat (mengurangi makan, minum dan tidur). Kebiasaan tersebut bahkan dilakoninya hingga beliau wafat. Goa Bojong Lengkong adalah salah satu tempat yang biasa di gunakan Eyang Hasan untuk mengucilkan diri. (Ibid., hal 38). Ada sebuah pepatah Sunda yang mengatakan, "Lamun hayang boga peurah, kudu daek peurih." (Jika ingin mempunyai kesaktian, maka harus mau prihatin). Eyang Hasan benar-benar telah membuktikan pepatah tersebut. Dalam salah satu surat amanatnya, Eyang Hasan berpesan seperti berikut :
Baca Juga :
4. Masa Belajar Eyang Hasan Maolani
5. Kehidupan Dan Gerakan Dakwah Eyang Hasan Maolani
" Lan yen sira kapengen den paringi pembuka maring ilmu kitab iku kudu den syarati. Samangsa tinemu syarate, mangka tinemu masyrute. Syarate iku kudu betah luwe lan kangelan." (Surat-surat Eyang Hasan Maolani, hal, 37). Yang jika di terjemahkan kedalam bahasa maka seperti berikut : (" Dan apabila kamu ingin di bukakan ilmu kitab, maka kamu harus menemukan syaratnya. Jika sudah ketemu syarat-nya, niscaya masyrutnya akan ketemu pula. Dan syaratnya adalah kamu harus tahan lapar dan mau bersusah payah").
Ada hal yang menjadi pantangan Eyang Hasan sejak kecil, yaitu memakan sesuatu yang bernyawa, menghina dan menggunjing orang lain. (Ibid., hal 36). Dalam salah satu surat amanatnya beliau berpesan :
Baca Juga :
6. Di Tawan Dan Di Asingkannya Eyang Hasan Maolani Ke Menado Oleh Kolonial Belanda
7. Wafatnya Eyang Hasan Maolani
" lan aja cacad cinacad maring pada mu'min, iku pucuke anak putune dadi apes, kurang becik". (Surat-surat Eyang Hasan Maolani, hal 12).
Jika di terjemahkan kedalam bahasa maka seperti berikut ("dan janganlah saling caci-maki dengan sesama mu'min karena bisa berakibat anak keturunannya menjadi lemah dan kurang baik.")
al-Faqir Abu Abdillah Hadziq
Semoga Bermanfaat 😊
Belum ada Komentar untuk "Masa Kecil Eyang Hasan Maolani"
Posting Komentar